PERMASALAHAN PRODUK AGRIBISNIS, STUDI KASUS MIE BERBAHAN BAKU SORGUM


Penulis : Patriawati Narendra, S.K.M., M.K.M

Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menyebutkan konsumsi gandum penduduk Indonesia sebesar 30,5 kg per kapita per tahun. Kebutuhan gandum terbesar untuk industri pangan olahan seperti mie instan, kue, dan roti. Tahun 2020, masyarakat Indonesia mengkonsumsi sebanyak 12,6 miliar porsi mie instan. Indonesia jadi negara terbesar kedua di dunia yang hobi mengkonsumsi mie instan.

Selama ini bahan baku pembuatan mie instan adalah tepung terigu gandum dan ini didapatkan dari impor. Berdasarkan data BPS impor gandum Indonesia tahun 2019 sebesar 10,69 juta ton, tahun 2020 sebesar 10,29 juta ton, dan tahun 2021 sebesar 11,17 juta ton. (https://www.kompas.tv/article/317483/harga-mi-instan-bakal-naik-ini-besaran-kebutuhan-impor-indonesia-untuk-gandum)

Ditengah ancaman krisis pangan global akibat perubahan iklim yang ekstrim dan makin diperparah perang Rusia-Ukraina karena dua negara ini adalah penghasil gandum dunia membuat harga gandum di pasar internasional melonjak. Bagi bangsa Indonesia, krisis ini seharusnya menjadi peluang dengan memanfaatkan sorgum sebagai pengganti (subtitusi) gandum.

Sorgum memang dapat diolah menjadi berbagai makanan. Namun, apakah sorgum juga bisa diolah menjadi mie? Dari pengalaman Nurida Asmawati (40), seorang ibu asal Kecamatan Sugio, Lamongan yang berinovasi membuat mie sorgum bukan tanpa rintangan, mie sorgum ternyata lebih keras dan mudah putus. Untuk mengatasinya, Nurida menambahkan (mencampurnya) dengan tepung porang sehingga berhasil dan mie tidak putus. 

(https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5750571/ulet-dan-kreatif-emak-emak-di-lamongan-ini-berhasil-bikin-mi-sorgum).

Sorgum memiliki sifat asli yang tidak kenyal, karakter tepung sorgum tidak bisa melengket seperti pada umumnya tepung lain. Artinya sorgum tidak bisa menggantikan 100% gandum sebagai bahan baku mi atau sejenisnya. Kementerian Pertanian (Kementan) menjelaskan bahwa sorgum nantinya akan menjadi bahan substitusi yang diharapkan bisa menekan impor gandum di Indonesia.(https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6235056/bahan-baku-mi-bakal-diganti-sorgum-ini-penjelasan-kementan).

Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Moh. Ismail Wahab mengatakan sifat khas sorgum yang non gluten atau tidak mengembang dan tidak kenyal, sehingga tetap membutuhkan bahan tambahan lain. Berkaitan dengan rasa, mie dengan bahan baku sorgum, berdasarkan uji organoleptik substitusi tepung sorgum pada mie, memiliki rasa yang hampir sama.

Analisis Masalah

Secara konseptual, agribisnis memiliki cakupan yang luas, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran, dan aspek lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.

Aspek Produksi

Subtitusi gandum ke sorgum sebagai baha baku pembuatan mie jelas akan menguntungkan Indonesia, tidak saja mengurangi impor gandum namun juga membuat ketahanan pangan nasional menjadi lebih kuat. Tantangannya sekarang adalah bagaimana memproduksi sorgum dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan dalam negeri bahkan kedepan Indonesia bisa menjadi negara eksportir sorgum.

Luas tanam sorgum di Indonesia hingga Juni 2022 tercatat 4.355 ha, tersebar di 6 provinsi dengan produksi mencapai 15.243 ton. Tingkat produktivitasnya diklaim mencapai 3,36 ton per ha. Adapun target musim tanam di 2022 adalah 15 ribu ha dan ada pengembangan 100 ribu ha.

Presiden Joko Widodo juga sudah meminta agar Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya di Kabupaten Waingapu untuk diprioritaskan sebagai pengembangan sorgum. Target tahun 2023 penambahan areal lahan sorgum 115 ribu ha dan tahun 2024 154 ribu ha. (https://www.cnbcindonesia.com/news/20220804164935-4-361180/jokowi-beri-titah-soal-sorgum--lagi--peta-jalan-hingga-2024).

Rendahnya produksi sorgum per ha dapat disebapkan beberapa hal dan yang terpenting adalah sulitnya petani mengadospi teknologi baru. Menurut Soekartawi (2010:38) penguasaan teknologi yang terbatas sebagian besar disebapkan lemahnya permodalan dan terbatasnya keterampilan berusaha tani. Hal lainnya adalag terbatasnya proses adopsi inovasi dan hal ini memang ini sering terjadi pada masyarakat agraris. Apalagi kalau aspek penunjangnya yaitu terbatasnya penyuluhan pertanian, maka proses adopsi inovasi menjadi lamban.

Aspek Pengolahan Hasil

Proses pembuatan mie sorgum dimulai dengan mengupas biji sorgum dari kulitnya, lalu menggilingnya menjadi tepung. Jika ingin praktis, bisa membeli tepung sorgum yang sudah siap pakai disupermarket. Sorgum yang telah menjadi tepung kemudian disaring hingga mendapatkan serbuk tepung yang paling halus. Setelah itu, tepung sorgum dicampur dengan tepung porang atau tepung gandum dan bahan-bahan mie lain sehingga menjadi adonan mie siap cetak. Komposisi memproduki mie sorgum membutuhkan 4 kg tepung sorgum dan 3 kg tepung porang-tepung gandum.

Sorgum sebagai bahan alternatif mempunyai tantangan terutama bagi pengusaha. Selain biaya tinggi yang harus dibayar pengusaha, sorgum tidak mengandung gluten sehingga tingkat kekenyalan lebih rendah dari tepung terigu yang bahan utamanya gandum. Disinilah peran Perguruan Tinggi dan Lembaga Riset seperti BRIN bagaimana membuat teknologi yang memungkinkan sorgum memiliki kemampuan yang sama dengan gandum dalam hal kandungan gluten atau zat yang mampu mengembang ketika diolah.

Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk meningkatkan pengembangan industri pengolahan hasil sorgum adalah dengan mengundang investor untuk ambil bagian mengembangkan industri pengolahan ini. Agar investor tidak ragu, hal yang perlu diperhatikan adalah pemerintah memberikan kemudahan terutama dalam perizinan dan pemilihan lokasi.

Aspek Pemasaran

Setelah aspek produksi dan pengolahan, maka dalam rantai agribisnis selanjutnya adalah bagaimana pemasarannya. Saat ini harga sorgum per kg rata-rata Rp 2.500 – Rp 3.000. Seperti dijelaskan diawal bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk yang sangat doyan mengkonsumi mie instan. Maka mie dari sorgum ini memiliki prospek bisnis yang sangat bagus. Pekerjaan rumah yang harus di selesaikan adalah bagaimana hasil olahan mie berbahan sorgum ini diterima di masyarakat dan bisa dijual baik dalam bentuk mie mentah maupun matang. Disini bisa memanfaatkan e-commerce maupun menjualnya langsung di pasar. Cara lain adalah dengan menjadi pemasok bagi penjual mie ayam. Artinya, menjalin kerja sama dan bermitra dengan penjual mie ayam. Bahkan saat ini ada fitur Marketplace dari SIRCLO Store yang dapat memperluas pasar produk secara online. Dengan fitur ini, kita bisa terhubung dengan semua e- commerce besar di Indonesia, terintegrasi dengan beberapa e-commerce sekaligus dalam satu dasbor, mengelola pesanan dalam satu tempat, dan menerima laporan penjualan.

Rekomendasi

Sorgum sebagai subtitusi gandum dalam pembuatan mie memiliki peluang yang sangat besar. Namun untuk sampai pada tahap sorgum eksisting sebagai pengganti tepung terigu gandum dibutuhkan kolaborasi berbagai stakeholder terkait.

Untuk Pemerintah

1. Harus ada komitem dan kolaborasi terutama kementrian pertanian (produksi), Badan Pangan Nasional (kordinasi), kementrian agraria/tata ruang dan KLHK (mempersiapkan lahan), kementrian perindustrian dan kementrian perdagangan (pengolahan, pengemasan, dan pemasaran) dan sebagainya

2. Dalam hal peningkatkan produktivitas, maka pemerintah harus meningkatkan penyuluhan dengan cara menambah fasilitas lembaga penyuluhan yang ada, menambah tenaga penyuluh; meningkatkan kordinasi antar dinas yang terkait; meningkatkan perluasan lahan sorgum; mendorong kerjasama petani dengan BUMN atau swasta terutama dalam proses adopsi inovasi.

3. Dalam hal pemasaran, pemerintah harus memastikan perbaikan fasilitas pemasaran:transportasi, komunikasi, informasi pasar dan lain-lain.

4. Fokus untuk membantu petani sorgum terutama penanganan pasca panen. Mulai dari gudang penyimpanan, proses pengolahan dari biji sorgum menjadi tepung, pelatihan pembuatan kemasan produk misalnya mie yang diproduksi berbasis home industri, UMKM, dan lain-lain.

5. Subsidi harga, sehingga harga jual produknya menguntungkan petani dan atau UMKM. Setidaknya tidak rugi. Hal ini penting, mengingat industri mie berbahan baku sorgum relatif masih baru dan ekosistem bisnis skala kecil belum terbentuk dengan baik.

6. Di bagian hulu, Pemerintah penting untuk memberikan bantuan kepada petani sorgum, seperti bantuan alat pengolahan panen sorgum bahkan subsidi pupuk termasuk permodalan (KUR) diberikan kemudahan.

7. Pemerintah perlu menyediakan iklim usaha baik untuk UMKM maupun perusahaan besar secara sehat dan berkelanjutan.

8. Aspek lainnya adalah lemahnya penguasaan teknologi, adanya ekonomi biaya tinggi, pergeseran tata nilai (sikap import minded), kurangnya tenaga terampil dan hal lainnya perlu menjadi perhatian serius. Kebijakan ini penting agar pihak-pihak yang terlibat terutama petani dan pengusaha tidak rugi mengembangkan sorgum karena ekosistem terutama pasar sorgum baik sebagai komoditas maupun produknya belum eksisting atau terbentuk dengan baik.

Untuk Pelaku Usaha

1. Holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pangan : ID Food ID Food harus fokus bagaimana membuat mie berbahan baku sorgum sebagai pengganti gandum, mengingat sorgum ini bisa juga digunakan sebagai pakan ternak, bahan dasar energi biodiesel, dan bahan pangan lainnya seperti sereal, bubur, bahkan sirup. Artinya harus ada fokus utama, kalau kemudian program ini berhasil baru bisa bergeser pada produk turunan lain yang berbahan baku sorgum.

2. Swasta

Saat ini PT. Indofood Sukses Makmur TBK merupakan produsen mi terbesar di Indonesia. Dan juga sudah menyatakan kesediaannya untuk mengembangkan industri mie berbahan sorgum. Untuk itu, para pengusaha/swasta siapapun nanti yang akan terlibat harus memastikan keterlibatan petani dalam proses produksinya terutama sebagai penyedia bahan baku secara adil. Adil dalam arti harga bahan baku dibeli dengan harga kompetitif, tidak merugikan petani.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KECERDASAN DAN MINDSET PEMIMPIN MEMPENGARUHI KEMAJUAN NEGARA DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

REPUBLICA DEMOCRATICA de TIMOR LESTE

KETELADANAN HOEGENG DAN ASA RAKYAT KECIL AKAN KEADILAN HUKUM