REPUBLICA DEMOCRATICA de TIMOR LESTE


Penulis : Patriawati Narendra, S.K.M., M.K.M

Kesombongan adalah kekerdilan pengetahuan dan wawasan sehingga menyebabkan

mindset, pandangan menjadi minim dan terjadi blokade pemikiran serta subyektifitas sudut

pandang.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah dan jasa Pahlawan serta

mampu mengambil hikmah dari setiap perjuangan rakyat. Disini penulis tidak akan

membahas sejarah Timor Leste, Anda bisa googling sendiri bagaimana sejarah Timor Leste

berjuang melawan Portugal, dikuasai Jepang, setelah merdeka dari Portugal terjadi perang

saudara, yang akhirnya Menteri Luar Negeri Adam Malik berbicara di forum PBB mengenai

konflik perang saudara yang menewaskan puluhan ribu orang, hingga akhirnya AS dan

Australia menyetujui Timor Leste berintegrasi ke Indonesia agar kekuatan komunis tidak

menjadi besar dan kuat di Asia Tenggara.


Tulisan ini, penulis fokuskan pada beberapa kemajuan Timor Leste secara mindset, konsep

dan pandangan para pejabat-pejabatnya, sekali lagi tulisan ini hanya untuk pembelajaran

saja bukan bermaksud membanding-bandingkan atau membuat kita deep and sadness

tetapi kita harus bisa melebihi Timor Leste yang mana dulunya merupakan bagian dari

negara kita.

Penulis akan banyak mengupas kemajuan-kemjauan Timor Leste, buang jauh-jauh rasa iri

dengki, open your mind bahwa kita harus belajar dari negara manapun, baik negara maju,

negara berkembang atau negara baru seperti Timor Leste karena untuk menjadi negara

maju dan makmur, kita jangan lelah untuk belajar dan bangkit, hilangkan sikap aroganisme,

egoisme serta chauvinisme golongan, bangunlah sikap egaliter, tidak pilih kasih mau dari

proletar, bangsawan, tidak ada rakyat exclusive atau rakyat ordinary yang mana aplikasi

hukumnya sangat berbeda jauh bagaikan bumi langit. Ingat semuanya sama didepan

hukum.


Abundance Mindset Pemimpin

Pemimpin adalah point penting yang bisa membawa maju tidaknya sebuah gerbong.

Abundance mindset atau mindset berkelimpahan mutlak harus dimiliki oleh seorang

Pemimpin, sayang terhadap rakyatnya, sedih melihat rakyatnya menderita apalagi jika

sampai terpecah belah, senang melihat rakyat makmur, senang melihat bangsanya mandiri

dan maju serta protektif terhadap serangan, invasi bangsa asing. Penulis melihat di Timor

Leste, dimana pemimpin dan rakyat tanpa sekat, tanpa jarak, siapapun saja bisa

berkomunikasi dengan Perdana Menteri atau dengan Menteri, disana setelah jam kerja

selesai dan jika pejabat sudah kembali ke rumah sudah seperti orang biasa, berbaur dengan

rakyat, tidak lagi membawa embel-embel jabatan pangkat, artinya tidak merasa “Sopo

Siro Sopo Ingsun” (Siapa Kamu Siapa Anda, Siape Elu Siape Ane). Pejabatnya menjelma

menjadi manusia biasa sehingga sangat bermanfaat untuk menjalin komunikasi dan interaksi

yang humble. Rakyat tidak takut untuk berkeluh kesah, mengeluarkan semua uneg-uneg

permasalahannya kepada pemimpinnya, tiada jarak yang menyekat sehingga semua

pemikiran dan informasi di lapangan akan tersampaikan dengan baik. Point penting lainnya

yaitu rakyat merasa dihargai, dimanusiakan. Untuk bertemu dengan pejabat tidak perlu

membuat tanggal perjanjian dan melewati bagian yang berlapis-lapis keprotokoleran.


Tidak Ada Hak Istimewa Pejabat

Di Timor Leste tidak ada hak istimewa pejabat, Perdana Menteri jika berkunjung ke negara

lain memakai pesawat komersial dan tanpa pengawalan yang ketat, duduk bersama rakyat

biasa, tidak memakai pesawat khusus pejabat. Apa point utama dari fakta ini bahwa mindset

arogan akan zero, mindset otoriter akan sirna, krn tidak ada lagi anggapan I am strong,

eksklusive, kelas wahid, semuanya menyatu-membumi. Karena jika sudah tidak jadi pejabat

lagi akan kembali jadi warga negara biasa dan akan berinteraksi dengan masyarakat juga.

Bagi teman-teman jika suatu hari ke Timor Leste, jangan heran kalau melihat Perdana

Menteri naik angkot tanmpa ada pengawalan jalan yang khusus untuk pejabat. Point kedua

tidak ada hak istimewa pejabat akan meminimalisir mindset feodal bahkan bisa menghapus

mindset feodalisme, salah satunya dapat melahirkan komunitas penjilat opportunis, iklim

politik jadi rusak, terpecah belah karena buaian dan semburan opini yang destruktif dari

para penjilat yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan golongannya.


Korupsi

Bagaimana korupsi di Timor Leste? jawabannya tetap ada, namun tidak sesubur korupsi di

negara lain, bahkan jarang pejabat yang korup uang negara, kenapa bisa begitu? hal ini

dikarenakan mitos dan kepercayaan mereka terhadap hal-hal ghoib mistis masih tinggi,

mereka beranggapan, kepada Tuhan kita bisa minta ampun, tetapi kalau hal ghoib kita tidak

bisa menghindar. Penulis lantas terpikir di sebuah diskusi ada pengamat mengatakan

bagaimana korupsi mau turun kalau dengan Tuhan saja tidak takut. Kembali lagi bahwa

karena kepercayaan yang kuat sehingga jika ada pejabat yang korup tidak berselang lama

petaka dan bencana akan menimpa keluarganya dan publik langsung bisa menilai bisa

menurunkan secara drastis angka korupsi, jadi waktu pengambilan sumpah pelantikan

pejabat di Timor Leste, diadakan ritual sembelih ayam hitam dan melibatkan tokoh-tokoh

adat sehingga pelantikan bukan sekedar pertautan janji antara Tuhan, Pejabat dan Rakyat

tetapi juga dengan roh-roh Ghoib yang jika tidak amanah akan menuai petaka bagi pejabat

tersebut dan keluarganya.


Jaminan Kesehatan Gratis Secara Total

Siapapun rakyat yang sakit akan dibiayai negara secara gratis, mau rawat jalan-rawat inap

semua gratis dan bahkan jika dirujuk ke RS negara lain pun akan dibiayai total pemerintah.

Sebagaimana diketahui Timor Leste hanya menyediakan RS negeri, tidak ada fasilitas

kesehatan milik swasta, satu dokter bersama tim medis, perawat dan bidan mengampu

1500 orang dengan jam kerja 8 jam terdiri dari 5 jam di RS dan 3 jam door to door ke rumah-

rumah penduduk sesuai wilayah tugasnya. Ini berlaku untuk semua dokter tidak ada

pengecualian, semua turun lapangan. Alasannya dengan penyisiran door to door bisa

menyelam sambil minum air, artinya sekaligus bisa mendapatkan mapping data kesehatan,

prioritas program kesehatan, pengobatan, diagnose dini penyakit, edukasi, informasi kepada

masyarakat dan mendapatkan aspirasi, kritik, saran dari masyarakat. Ini mirip di negara

Kuba yang mana IR Incidence Rate DBD bisa 0% angka kematian DBD nol.


Welcome Kritik

Pejabat di Timor Leste tidak alergi dengan kritik, mereka membuka selebar-lebarnya untuk

dikritik sebab kritik itu bermanfaat, menciptakan pemahaman tentang aplikasi kebijakan

dan dampak-dampak kebijakan pada rakyat, apakah rakyat menderita karena kebijakan

tersebut apa tidak, apakah rakyat setuju terhadap kebijakan yang diputuskan atau tidak.

Kritik bisa disampaikan langsung ke rumah atau lewat surat ke kantor pemerintahan dan

langsung dibalas. Pejabat tidak memiliki aroganisme egoisme, eksklusivitas yang mana hal

tersebut akan memicu gesekan tajam antara pejabat dan rakyat.


Toleransi

Timor Leste sangat menjaga toleransi dan kebebasan penduduk untuk beribadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, meski mayoritas nasrani, umat Islam

tidak mendapat perlakuan diskriminasi dalam hal kebebasan beribadah, bahkan pernah ada

Perdana Menteri dan Menteri cabinet dari kalangan muslim.


Gelar Doktor dan Beasiswa Penuh

Disana tidak ada gelar Doktor Honoris Causa, gelar Doktor yang ada adalah gelar Doktor

kompetensi melalui perjuangan dan proses kuliah di Universitas dan program Honoris Causa

jika nantinya ada harus ada parameter khusus seperti menemukan aplikasi atau sesuatu

temuan baru dan bermanfaat kepada rakyat. Jadi jika sebatas membuat kebijakan saja

belum bisa mendapat gelar tersebut. Jadi jelas ada prinsip pemahaman pejabat disana

sangat tegas membedakan antara pejabat politik dan pejabat birokrat, level Menteri diisi

oleh pejabat politik sedangkan kebawah sampai staf diisi pejabat birokrat yang sesuai

dengan kompetensi, tidak mengenal istilah like and dislike. Oleh karena itu, pemerintah

Timor Leste mengutamakan pembangunan sumber daya manusia ketimbang pembangunan

infrastrukturnya, infrastruktur baik percuma jika SDM payah, jadi Timor Leste dalam hal

pendidikan gratis diberlakukan dari SD sampai PTN bahkan kuliah ke luar negeri difasilitasi

total.


Dana Desa

Dana Desa di Timor Leste langsung melibatkan masyarakat, pengawasan sudah bukan

otoritas lembaga lagi tetapi langsung diserahkan kepada masyarakat. Apabila dana desa

turun misalnya 1 miliar, masyarakat dan perangkat desa langsung break down program-

program dan aplikasi pembagian anggaran beserta spec proyek, sehingga perangkat desa

sangat sulit untuk korupsi, karena jika tidak sesuai spec pada kesepakatan awal akan

diprotes langsung oleh masyarakat, transparansi anggaran pembagian dana desa langsung

dilakukan saat itu juga melibatkan masyarakat dan masyarakat mengikuti mengontrol terus

alur pemakaian dana desa.


Pelarangan Menikah Dengan Etnis Non Pribumi

Perdana Menteri tegas sekali dalam hal protektif kepada pribumi, sangat ketat termasuk

dalam hal status kewarganegaraan, Contoh bagi pribumi yang ingin menikah dengan China

diberikan dua pilihan, deportasi atau ikut dengan pasangannya ke negara China dan keluar

dari warga negara Timor Leste. Dalam hal bisnis bagi non pribumi, seperti orang-orang China

hanya dibolehkan menggunakan ijin berdagang saja dan itu menambah devisa negara tetapi

tetap ada masa berlakunya, pelarangan menikah dan beranak pinak dengan etnis non

pribumi ini dengan maksud untuk melindungi pribumi dari penguasaan dan monopoli non

pribumi sehingga pejabat dan pemimpin di Timor Leste hanya ingin negara ini untuk

sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan bagi pribumi bukan pendatang.


Hasta la Vista!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KECERDASAN DAN MINDSET PEMIMPIN MEMPENGARUHI KEMAJUAN NEGARA DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

KETELADANAN HOEGENG DAN ASA RAKYAT KECIL AKAN KEADILAN HUKUM