KECERDASAN DAN MINDSET PEMIMPIN MEMPENGARUHI KEMAJUAN NEGARA DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT


Penulis : Patriawati Narendra, S.KM, M.K.M

Ramalan Prabu Jayabaya Raja Kediri (1135-1157) tentang Zaman Kolobendu atau Era Kekacauan (Goro-goro) menyebutkan bahwa ketika banyak pejabat makin jahat, penduduk makin terpencil. Orang yang curang semakin garang, orang jujur semakin ajur (hancur), orang mulia makin tersia-sia, orang jahat mendapat derajat, yang jahat kelebihan berkat, ketika banyak pejabat makin jahat, namun jika semua itu sirna maka akan memasuki zaman mulia, di mana Jawa akan makmur. Hal itu ditandai dengan kemunculan Ratu Ginaib, artinya pemimpin yang menjadi utusan ALLAH yang mengutamakan Ketuhanan, Perikemanusiaan dan Perikeadilan.

Politik itu memuliakan bukan cakar-cakaran bukan memanfaatkan bukan pula mengeksploitasikan, politik itu menyejahterakan membahagiakan rakyat lalu jika sudah tertanam sifat egois bagaimana empatisme terhadap rakyat mau bersemi, sejatinya politik itu sikap rela berkorban untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara bukan ajang mengeruk kekayaan negara, siap berpolitik ya seharusnya siap berjuang dan rela berkorban untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia, sepakat?

Pejabat jaman dulu seperti Bung Hatta,  Jenderal Hoegeng, Baharuddin Lopa, Syafrudin, sangat teguh memegang amanah padahal dulu belum ada KPK, apalagi saber pungli..hanya jiwa nasionalis patriotis yang mampu meneguhkan prinsip mereka, empati dan sayang kepada rakyat diatas kepentingan pribadi dan golongannya. Salut salam hormat untuk Pahlawan Negeri.

Politik untuk berkuasa, berkuasa untuk memberikan kebijakan, kesejahteraan dan kemuliaan bukan untuk congkak dan angkuh. Politik untuk meluruskan peraturan, membenahi kebijakan dan memberikan solusi overall, jeli melihat peluang dan penuh kreatifitas untuk improvisasi demi kemakmuran negeri serta amanah dalam mengemban tanggung jawab kepemimpinan.

Sekali lagi pribadi yg open minded justru akan menumbuhkan produktifitas, sinergitas dan kreatifitas, semakin menutup diri dengan keadaan, perbedaan dan keragaman yg ada, semakin jauh tertinggal dibelakang, berbeda itu menguatkan, berbeda itu mencerdaskan emosi dan mendewasakan pikiran. Welcome kritik karena sesungguhnya kritik itu obat bagi kemajuan, kepemimpinan yang anti kritik justru akan melahirkan managerial yang otoriter dan diktator, racun bagi sebuah kemajuan dan kesejahteraan. Pemimpin yang menyanyangi rakyat justru membutuhkan kritik, masukan, sanggahan, saran dan tidak mudah menyakiti rakyat atau memenjarakan apabila rakyat memberikan kritikan yang pedas sekalipun.

Hakekat Leadership itu bukan menyamakan, menyeragamkan, memaksakan satu suara, satu pandangan, satu pemikiran akan tetapi mampu menerima berbagai perbedaan pandangan, pemikiran dan pendapat dengan tanpa menyingkirkan, tanpa menjustifikasi, tanpa pressure, bahwa sesungguhnya disitulah letak seberapa besar kemampuannya dalam memimpin yg mampu merangkai mozaik-mozaik perbedaan untuk kemudian dirangkai menjadi sebuah sinergitas kekuatan yg kokoh and bervalue.

Leader sejati tentu tidak serta menyingkirkan anak buah yang tidak sepaham, sepemikiran justru how to manage them itu yang terpenting, leader yang abundance tidak akan mengenal "Like and Dislike", profesional selalu menjadi nafasnya ketika dihadapkan pada kepentingan rakyat maka mampu menanggalkan segala  kepentingan pribadi dan kelompoknya serta mampu menghilangkan paham kroniisme. Mozaik indah justru akan lahir dari berbagai perbedaan keberagaman bukan dari persamaan dan kesamaan..ditangan Leader Sejati inilah Perubahan dan Perbaikan akan dicapai.

"PERUBAHAN MEMANG TIDAK MENJAMIN PERBAIKAN, AKAN TETAPI TIDAK ADA PERBAIKAN YANG BISA DICAPAI TANPA PERUBAHAN". 

Sutan Syahrir pun berbeda pandangan dengan Soekarno waktu itu, jika kaum muda tidak mendesak Sang Proklamator maka proses Proklamasi akan terlambat..pun begitulah kehidupan semua sudah sesuai dengan takaran masing-masing, pribadi yang open minded tentu membuka kran seluas luasnya untuk mau dan mampu menerima semua pemikiran, pandangan dan ide, bersebrangan pandangan bukan berarti tidak baik, ia ada karena sesungguhnya untuk perbaikan, pertumbuhan. Bagaimana jika William Far tidak melakukan observasi lapangan..Thomas A Edison tidak fight berjuang menemukan lampu pijar atau Nelson Mandela tidak kekeh berjuang dan menentang diskriminasi..akankah semua kemajuan itu tercapai?akankah tercipta sebuah ilmu pengetahuan baru yg tentunya sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup umat manusia, kemajuan itu terkadang harus mematahkan paham lama yg konservatif dan jauh dari manfaat. Bersebrangan pandangan bukan berarti saling menjatuhkan, saling melemahkan akan tetapi justru dengan jalan berseberangan ini nantinya akan menemukan titik temu progresifitas yang akan menciptakan suatu model kolaborasi sistem yang sangat valuabel dan sarat manfaat..so masih tetap kekeh pada konservatif paham yang kuno, kolot dan sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman???

Kebijaksanaan dalam sebuah kebijakan sangatlah diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, inovasi program yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi rakyat, jeli melihat peluang dan smart dalam menentukan problem solving setiap permasalahan yg ada serta cepat dan tanggap dalam penanganan setiap permasalahan. Pemimpin yang mencintai rakyat maka akan berorientasi untuk menyejahterakan rakyat, mengurai semua kesulitan dan kesusahan rakyat, memberikan kebijakan yang melindungi rakyat dan program-program yang sarat manfaat sehingga menjawab kendala yang dihadapi rakyat. Pemimpin yang mempunyai empati kepada rakyat tidak egois, tidak arogan dan tidak ceroboh dalam memutuskan kebijakan, karena kebijakan merupakan mata pisau jika tidak tepat penggunaannya maka akan melukai rakyat dan menyengsarakan rakyat. Pemimpin yang mengutamakan kesejahteraan rakyat maka akan mampu melimitasi paham kroniisme, mampu mereject penjilat yang dapat menyebabkan iklim menjadi tidak sehat dan carut marut, hal ini sangat berbahaya karena dapat mempengaruhi pandangan leader sehingga jauh dari kata objectifitas dan keadilan.Pemimpin yang berjiwa negarawan sejati maka akan mampu berkata tegas dan menolak segala rayuan oligarki, independensi leadership sangat dibutuhkan untuk membawa biduk kepemimpinan agar tetap merdeka bebas dari tekanan dan kepentingan oligarki yang egois, arogan dan menyesatkan. Maju tidaknya negara tergantung dari pemahaman, pandangan dan kecerdasan leader dalam menentukan kebijakan, menegakkan peraturan, dan konsisten dalam melindungi rakyat, tidak bersikap ambigu dan memberikan privilege bagi oligarki serta menyebabkan hukum tumpul untuk kalangan borjuis sedangkan hukum bagi rakyat sangat tajam, lancip, lurus dan tegak, sungguh ini merupakan model kepemimpinan yang toksik menderitakan dan sangat menyakiti hati rakyat. 

Kepemimpinan akan melahirkan kebijaksanaan, Kebijaksanaan akan menghasilkan kebermanfaatan, Kebermanfaatan akan menghasilkan Kemajuan, Kemajuan akan menghasilkan Percepatan, Percepatan akan menghasilkan Peningkatan, Peningkatan menciptakan Kenyamanan, Kenyamanan akan melahirkan Kepuasan, Kepuasan akan menghasilkan Kepercayaan, Kepercayaan akan melanggengkan Kepemimpinan...throw back ulangi lagi bacanya dari awal...ulangi terus menerus sampai masuk ke alam bawah sadar dan terus masuk kedalam neuron neuron otak hingga bisa menciptakan AUTOMATICALLY MINDSET YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT!!!!! BRAVOOOOO!!!!

SUKSES MAJU SEJAHTERA SELURUH RAKYAT INDONESIA!!!

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MARI BELAJAR DARI GENERAL ELECTRIC

REPUBLICA DEMOCRATICA de TIMOR LESTE