MARI KENALI STUNTING PADA ANAK


Penulis : Patriawati Narendra, S.KM, M.K.M 

 STUNTING PADA ANAK

Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang/tertekan (lebih pendiam, tidak banyak

melakukan eye-contact) dibandingkan dengan anak non stunted jika ditempatkan dalam situasi penuh

tekanan. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting) menampilkan performa yang

buruk pada tes perhatian dan memori belajar, tetapi masih baik dalam koordinasi dan kecepatan gerak.

Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun decimal. Tanda tanda

pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut ketiak, panjangnya testis dan volume

testis, Wajah tampak lebih muda dari umurnya, Pertumbuhan gigi yang terlambat. Kurang gizi

merupakan salah satu masalah paling serius di dunia, tetapi paling sedikit mendapatkan perhatian.

Padahal biaya kemanusiaan dan ekonomi untuk kurang gizi sangat besar, karena kurang gizi terutama

menimpa kelompok masyarakat kurang mampu, perempuan dan anak-anak.


PENGARUH STUNTING PADA ANAK

Anak-anak yang mengalami stunted lebih awal yaitu sebelum usia enam bulan, akan mengalami stunted

lebih berat menjelang usia dua tahun. Stunted yang parah pada anak-anak akan terjadi deficit jangka

panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di

sekolah, dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunted cenderung

lebih lama masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status

gizibaik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang

akan datang. Stunted akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan anak. Faktor dasar yang

menyebabkan stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual. Penyebab dari

stunted adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai,

diare berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan

stunted mengkonsumsi makanan yang berada di bawah ketentuan rekomendasi kadar gizi, berasal dari

keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan

komunitas pedesaan.


PENGARUH GIZI PADA PERTUMBUHAN ANAK 

Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunted dapat mengganggu pertumbuhan dan

perkembangan kognitif yang kurang. Anak stunted pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang

hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh

menjadi wanita dewasa yang stunted dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan dan

produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Stunted terutama

berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses pertumbuhan dan

berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan. Menurut WHO, apabila masalah stunting di atas 20%

maka merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di

kemudian hari. Anak balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan

perkembangan yang optimal baik secara fisik maupun psikomotorik. Terdapat beberapa zat gizi yang

berkaitan dengan stunting seperti protein, zat besi, zink, kalsium, dan vitamin D, A dan C.8 Selain itu,

faktor hormon, genetik dan rendahnya pengetahuan orangtua dalam pengasuhan, kemiskinan,

rendahnya sanitasi lingkungan, rendahnya aksesibilitas pangan pada tingkat keluarga terutama pada

keluarga miskin, rendahnya akses keluarga terhadap pelayanan kesehatan dasar, dan masih terjadi

disparitas antar provinsi yang perlu mendapat penanganan masalah yang sifatnya spesifik di wilayah

rawan. Stunting merupakan indikator yang sensitif untuk sosial ekonomi yang buruk dan prediktor

untuk morbiditas serta mortilitas jangka panjang. Stunting pada anak usia dini itu bersifat reversible.

FAKTOR RESIKO STUNTING

1. PENYAKIT INFEKSI

Penyebab langsung malnutrisi adalah diet yang tidak adekuat dan penyakit. Manifestasi malnutrisi ini

 disebabkan oleh perbedaan antar jumlah zat gizi yang diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang

 dibutuhkan oleh tubuh. Kenyataannya, malnutrisi dan infeksi sering terjadi pada saat bersamaan.

Malnutrisi dapat meningkatkan resiko infeksi, sedangkan infeksi dapat menyebabkan malnutrisi yang

 mengarahkan ke lingkaran setan. Faktor penyakit infeksi menunjukkan nilai yang paling besar sebagai

faktor risiko penyebab kejadian stunting pada batita (bawah tiga tahun). Sejalan dengan kerangka

 konsep UNICEF 1990 salah satu faktor penyebab langsung terjadinya masalah gizi adalah penyakit

infeksi. Penyakit infeksi adalah suatu kondisi pada saat batita diukur mengalami gangguan karena

terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, atau campak selama penelitian dengan

didasarkan pada diagnosis dokter.

2. BBLR (BERAT BADAN LAHIR RENDAH)

BBLR merupakan faktor resiko stunting, disebut BBLR apabila memiliki riwayat berat badan lahir

rendah memiliki riwayat panjang badan lahir rendah kurang dari 48 sentimeter, bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR) didefinisikan WHO yaitu berat lahir yang kurang dari 2500 gr. Di negara berkembang,

bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) lebih cenderung mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri

yang terjadi karena buruknya gizi ibu dan meningkatnya angka infeksi dibandingkan dengan negara

maju. Dampak dari bayi yang memiliki berat lahir rendah akan berlangsung antar generasi yang satu ke

generasi selanjutnya. Anak yang BBLR kedepannya akan memiliki ukuran antropometri yang di masa

dewasa. Bagi Perempuan yang lahir dengn berat rendah, memiliki resiko besar untuk menjadi ibu yang

stunted sehingga akan cenderung melahirkan bayi dengan berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang

dilahirkan oleh ibu yang stunted tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang stunted juga dan akan

membentuk siklus sama seperti sebelumnya.

3. PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF YANG TIDAK PARIPURNA

Bayi yang tidak diberikan ASI Eksklusif akan cenderung menjadi anak stunting. Asi eksklusif adalah

memberikan hanya ASI saja bagi bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Pemberian ASI memiliki

berbagai manfaat terhadap kesehatan, terutama dalam hal perkembangan anak. Komposisi ASI banyak

mengandung asam lemak tak jenuh dengan rantai karbon panjang (LCPUFA, Long-Chain

Polyunsaturated Fatty Acid) yang tidak hanya sebagai sumber energi tetapi juga penting untuk

perkembangan otak karena molekul yang dominan ditemukan dalam selubung myelin. ASI juga

memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit. Secara tidak langsung,

ASI juga memberikan efek terhadap perkembangan psikomotor anak, karena anak yang sakit akan sulit

untuk mengeksplorasi dan belajar dari sekitarnya. Resiko Stunting 3,7 kali lebih tinggi pada balita yang

tidak diberi ASI Eksklusif (ASI<6 bulan) dibandingkan dengan balita yang diberi ASI Eksklusif, anak

yang tidak mendapatkan kolostrum lebih beresiko tinggi terhadap stunting. Hal ini mungkin disebabkan

karena kolostrum memberikan efek perlindungan pada bayi baru lahir dan bayi yang tidak menerima

kolostrum mungkin memiliki insiden, durasi dan keparahan penyakit yang lebih tinggi seperti diare

yang berkontribusi terhadap kekurangan gizi.

4. STATUS PEMBERIAN IMUNISASI YANG TIDAK LENGKAP

Pemberian imunisasi pada anak memiliki tujuan penting yaitu untuk mengurangi resiko morbiditas

(kesakitan) dan mortalitas (kematian) anak akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan

imunisasi, seperti TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis, Polio, Campak, Hepatitis B. Status imunisasi pada

anak adalah salah satu indikator kontak dengan pelayanan kesehatan. Karena diharapkan bahwa kontak

dengan pelayanan kesehatan akan membantu memperbaiki masalah gizi dan status imunisasi juga

diharapkan akan memberikan efek positif terhadap status gizi jangka panjang, sehingga status

pemberian imunisasi yang tidak lengkap merupakan faktor resiko terjadinya stunting.

5. RENDAHNYA PENDIDIKAN ORANG TUA

Semakin rendah pendidikan orang akan semakin membesar resiko kejadian stunting, dikarenakan

rendahnya pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengasuhan anak. Rendahnya pendidikan

ibu akan menjadi faktor resiko kejadian stunting pada anak. Semakin rendah pendidikan ibu akan

semakin memperbesar faktor resiko stunting, dikarenakan tingkat pengetahuan yang rendah akan

mempengaruhi cara pengasuhan balita dan anak termasuk dengan pemberian asupan gizi pada anak.

Rendahnya pendidikan ibu merupakan penyebab utama dari kejadian stunting pada anak sekolah dan

remaja di Nigeria. Ibu yang berpendidikan lebih mungkin untuk membuat keputusan yang akan

meningkatkan gizi dan kesehatan anak-anaknya. Selain itu Ibu yang berpendidikan cenderung

menyekolahkan semua anaknya sehingga memutus mata rantai kebodohan serta akan lebih baik

menggunakan strategi demi kelangsungan hidup anaknya, seperti ASI yang memadai, imunisasi, terapi

rehidrasi oral dan Keluarga Berencana. Maka dari itu, mendidik wanita akan menjadi langkah yang

berguna dalam pengurangan prevalensi malnutrition, terutama stunting.

6. BURUKNYA SANITASI LINGKUNGAN

Faktor lingkungan yang berisiko terhadap kejadian stunting pada batita adalah sanitasi lingkungan,

bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang mempunyai fasilitas air bersih memiliki prevalensi

diare dan stunting lebih rendah daripada anak-anak dari keluarga yang tanpa fasilitas air bersih dan

kepemilikan jamban, risiko batita stunting yang tinggal dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik

lebih tinggi dibanding dengan sanitasi yang baik. Hal ini terjadi karena sebagian besar tempat tinggal

batita belum memenuhi syarat rumah sehat, ventilasi dan pencahayaan kurang. penggunaan sarana

pembuangan limbah dan air minum yang tidak sesuai standar kesehatan juga menjadi faktor

resiko terjadinya stunting pada balita dan anak.

7. STATUS EKONOMI KELUARGA

Penghasilan merupakan faktor penting dalam penentuan kualitas dan kuantitas makanan dalam suatu

keluarga. Di negara berkembang biasanya masyarakat yang berpenghasilan rendah , membelanjakan

sebagian besar dari pendapatannya untuk membeli makanan. Tingkat penghasilan juga menentukan

jenis pangan yang akan dikonsumsi. Biasanya di negara yang berpendapatan rendah mayoritas

pengeluaran pangannya untuk membeli serelia, sedangkan di negara yang memiliki pendapatan per-

kapita tinggi, pengeluaran bahan pangan protein akan meningkat. Faktor ekonomi dan lingkungan lebih

berpengaruh terhadap pertumbuhan anak dari pada faktor genetik dan etnik. Status ekonomi rumah

tangga dipandang memiliki dampak yang signifikan terhadap probabilitas seorang anak menjadi

pendek dan kurus. Dalam hal ini WHO merekomendasikan status gizi pendek atau stunting sebagai alat

ukur atas tingkat sosial ekonomi yang rendah dan sebagai salah satu indikator untuk memantau ekuitas

dalam kesehatan.

8. PEKERJAAN ORANG TUA

Pekerjaan merupakan Faktor penting dalam menentukan kualitas dan kuantitas pangan, karena pekerjan

berhubungan dengan pendapatan. Semakin rendahnya pendapatan maka akan semakin memperbesar

resiko kejadian stunting. Dengan demikian, terdapat asosiasi antara pendapatan dengan gizi, apabila

pendapatan meningkat maka bukan tidak mungkin kesehatan dan masalah keluarga yang berkaitan

dengan gizi mengalami perbaikan. Hasil penelitian mengemukakan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pola asuh makan dengan pekerjaan Ibu. Ibu yang bekerja di luar rumah dapat

menyebabkan anak tidak terawat, sebab anak balita sangat bergantung pada pengasuhnya atau anggota

keluarga yang lain. Selain itu Ibu yang bekerja diluar rumah cenderung memiliki waktu yang terbatas

untuk melaksanakan tugas rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, oleh karena itu

pola pengasuhan anak akan berpengaruh dan pada akhirnya pertumbuhan anak akan berpengaruh pada

akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak juga akan terganggu.

9. KETERSEDIAAN PANGAN

Kemampuan untuk menyediakan pangan juga dapat membesar resiko terjadinya stunting. Semakin

sedikit kemampuan dalam menyediakan ketersediaan pangan akan memperbesar resiko kejadian

stunting pada anak. Keluarga yang mampu menyediakan pangan secara variatif akan memperoleh gizi

yang cukup, tetapi sebaliknya keluarga yang tidak mampu menyediakan pangan untuk keluarga maka 

akan memperbesar resiko kejadian stunting.

10. KEKURANGAN ZINK

Anak balita stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal baik secara fisik maupun psikomotorik. Zink merupakan salah satu zat gizi yang dibutuhkan

dalam jumlah sedikit tetapi kebutuhannya sangat esensial bagi kehidupan. Hal tersebut yang dapat

mempengaruhi proses pertumbuhan pada sebagain besar anak balita, mengingat zink sangat erat

kaitannya dengan metabolisme tulang sehingga zink berperan secara positif pada pertumbuhan dan

perkembangan. Anak membutuhkan zink lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan secara

normal, melawan infeksi dan penyembuhan luka. Zink berperan dalam produksi hormon pertumbuhan.

Zink dibutuhkan untuk mengaktifkan dan memulai sintesis hormon pertumbuhan/GH. Pada defisiensi

zink akan terjadi gangguan pada reseptor GH dan produksi GH yang resisten. Zinc merupakan zat gizi

yang esensial dan telah mendapat perhatian yang cukup besar akhir akhir ini. Kehadiran zinc dalam

tubuh akan sangat mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh, sehingga berperan penting dalam

pencegahan infeksi oleh berbagai jenis bakteri patogen.

Berdasarkan peneltian yang sudah ada, kekurangan zinc pada saat anak-anak dapat menyebabkan

stunting (pendek) dan terlambatnya kematangan fungsi seksual. Akibat lain dari kekurangan zinc

adalah meningkatkan resiko diare dan infeksi saluran nafas. Kejadian stunting pada anak merupakan

suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus

kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan

stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan

merupakan penyebab tidaklangsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan

perkembangan janin.

Stunting merupakan masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat asupan gizi yang kurang dan

berlangsung dalam keadaan yang lama , misalnya kemiskinan, perilaku hidup tidak sehat, pola

asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan akibat orang tua/keluarga tidak

tahu untuk memberkan makanan apa yang sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya. Anak stunting tidak

disebabkan oleh keturunan, tetapi lebih banyak disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan penyakit

berulang yang didasari oleh sanitasi lingkungan yang tidak sehat. Karena sanitasi yang tidak sehat akan

memicu anak untuk terinfeksi penyakit. Sehingga anak yang sering sakit akan terganggu tumbuh

kembangnya.

Untuk status gizi orangtua, ternyata status gizi ibu sangat berkaitan dengan kejadian balita stunting.

Apabila Ibu pendek-ayah normal maka prevalensi balita pendek pasti tinggi. Tetapi apabila ibu normal-

meskipun ayah pendek, maka prevalensi balita pendek akan rendah dibandingkan ibu yang pendek.

Artinya status gizi ibu hamil sangat menentukan akan melahirkan balita pendek. Hal ini dikarena ibu

 hamil yang mengkonsumsi energi dan protein di bawah kebutuhan minimal (asupan gizi kurang) akan

 berdampak pada terhambatnya pertumbuhan janin yang dikandungnya. Apabila janin dalam kandungan

 mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan normal. Anak

 stunting selain mengalami gangguan pertumbuhan, umumnya memiliki kecerdasan yang lebih rendah

 dari anak normal. Stunting (pendek) merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan

 indikator tinggi badan menurut umur. Kekurangan gizi masa anakanak selalu dihubungkan dengan

 kekurangan vitamin mineral yang spesifik dan berhubungan dengan mikronutrien tertentu. Beberapa

 tahun terakhir ini telah banyak penelitian mengenai dampak dari kekurangan mikronutrien, dimulai dari

 meningkatnya resiko terhadap penyakit infeksi dan kematian yang dapat menghambat pertumbuhan

 dan perkembangan mental. Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak-anak sangat

 berbahaya.

Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak di bawah

lima tahun. Kekurangan protein juga sering ditemukan secara bersamaan dengan kekurangan energi

yang menyebabkan kondisi yang dinamakan marasmus. Protein sendiri mempunyai banyak fungsi,

diantaranya membentuk jaringan tubuh baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh,

memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang aus, rusak atau mati,

menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan dan metabolisme, dll.

Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation

 (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan

 perkembangan. Ibu memegang peranan penting dalam mendukung upaya mengatasi masalah gizi,

 terutama dalam hal asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan makanan, pemilihan bahan

 makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki status gizi baik akan melahirkan anak yang

 bergizi baik. Kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan baik dalam jumlah maupun

 mutu gizinya sangat berpengaruh bagi status gizi anak. Keluarga dengan penghasilan relatif tetap,

 prevalensi berat kurang dan prevalensi kependekan lebih rendah dibandingkan dengan keluarga yang

 berpenghasilan tidak tetap. Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan

 kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya

 kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada

 anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya

 berpeluang terjadinya stunting. Stunting menggambarkan kejadian kurang gizi pada balita yang

 berlangsung dalam waktu yang lama, yang berpengaruh pada fisik dan juga pada fungsi kognitif pada

 anak. Pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U atau TB/U yang

 sekarang dikenal dengan stunted atau severely stunted.

CARA PENANGGULANGAN STUNTING

Ibu dapat melakukan tindakan yang memiliki dampak langsung pada pencegahan dan penanggulangan

stunting dengan mengatasi penyebab-penyebab yang sudah dibahas di atas. Penanggulangan stunting

yang paling efektif dilakukan meliputi:

1. Pada ibu hamil

Memperbaiki gizi dan kesehatan Ibu hamil merupakan cara terbaik dalam mengatasi stunting. Ibu hamil

perlu mendapat makanan yang bergizi dalam jumlah yang cukup. Apabila Ibu mendapati berat badan

yang berada di bawah normal atau kondisi Kurang Energi Kronis(KEK), maka Ibu perlu diberikan

asupan makanan tambahan. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet

selama masa kehamilan. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar ibu tidak mengalami sakit.

2. Pada saat bayi lahir

Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir dilakukan Inisiasi Menyusu

Dini Bayi sampai dengan usia 6 bulan eksklusif diberi Air Susu Ibu (ASI) saja.

3. Bayi berusia 6 bulan sampai dengan 2 tahun

Mulai usia 6 bulan, selain ASI, bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). Pemberian ASI terus

 dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan anak memperoleh kapsul vitamin A, dan

 imunisasi dasar yang lengkap.

4. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah tangga.

Stunting atau kondisi balita pendek dapat dicegah dengan langkah-langkah yang dilakukan sejak dini.

Pencegahan dapat dilakukan semenjak si Kecil masih dalam kandungan dan pada saat 1000 hari petama

kehidupannya. Pemberian asupan nutrisi yang tepat dan seimbang dapat menghindarkan si Kecil dari

masalah stunting. Untuk Bayi baru lahir hanya mendapatkan Asi saja hingga usia 6 bulan (ekslusif),

setelah 6 bulan diberi MP-ASI. Sampai bayi berumur 2 tahun. MP-ASI yang padat gizi diberikan

bersama dengan ASI dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dan balita. Bagi Ibu nifas di samping

mendapat makanan bergizi juga harus diberi suplement zat gizi (kapsul vitamin A).

Untuk calon ibu, ibu hamil dan ibu menyusui terapkan pola hidup bergizi dan seimbang yaitu empat

pilar gizi. Empat pilar gizi seimbang dalam Tumpeng Gizi Seimbang yaitu

1. makan makanan beragam (dalam jumlah yang cukup dan proposional),

2. menerapkan pola hidup bersih

3. melakukan aktivitas fisik

4. memantau berat badan ideal.

HAL YANG PERLU DILAKUKAN 

1) Dinas Kesehatan perlu melakukan pengumpulan data terkait angka kejadian stunting pada anak balita

melalui survey penentuan status gizi

(PSG) serta melakukan upaya peningkatan pengetahuan ibu terkait penyebab dan dampak terjadinya

 stunting.

2) Puskesmas perlu mengadakan kegiatan penyuluhan bagi ibu anak balita terkait upaya untuk

 memenuhi status gizi dan meningkatkan status kesehatan.

3) Peningkatkan pelayanan kesehatan bagi puskesmas melalui kegiatan deteksi dini dengan mengukur

 tinggi badan anak balita secara rutin

setiap bulan.

4) Masyarakat perlu meningkatan asupan makanan yang banyak mengandung zink, terutama sumber

 bahan makanan hewani serta memperhatikan pengolahan bahan makanan dengan baik dan benar.

Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah kesehatan. Selain itu

 asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh

 tidak langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi

 dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu

kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan, teknologi, serta

 kependudukan.

Untuk menentukan stunted pada anak dilakukan dengan cara pengukuran. Pengukuran tinggi badan

menurut umur dilakukan pada anak usia diatas 2 thaun, Antropometri merupakan ukuran dari tubuh,

sedangkan antropometri gizi adalah jenis pengukuran dari beberapa bentuk tubuh dan komposisi tubuh

menurut umur dan tingkatan gizi yang digunakan untuk mengetahui ketidakseimbangan protein dan

energi. Anak yang menderita stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi

juga pada kecerdasan, produktifitas dan prestasinya kelak setelah dewasa, sehingga akan menjadi beban

negara. Selain itu aspek estetika, seseorang yang tumbuh proporsional akan kelihatan lebih menarik

 dari yang tubuhnya pendek.

Kejadian balita stunting dapat diputus mata rantainya sejak janin dalam kandungan dengan cara

melakukan pemenuhan kebutuhan zat gizi ibu hamil artinya setiap ibu hamil harus mendapatkan

makanan yang cukup zat gizi, mendapatkan suplementasi zat gizi (tablet Fe) dan terpantau

kesehatannya. Selain itu setiap bayi baru lahir hanya mendapat ASI saja sampai umur 6 bulan

(eksklusf) dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI (MPASI) yang cukup jumlah dan

kualitasnya. Ibu nifas selain mendapat makanan cukup gizi juga diberi suplementasi zat gizi berupa

kapsul vitamin A. Dengan pelayanan kesehatan dan gizi paripurna diharapkan mencapai tumbuh

kembang yang optimal serta mengatasi bayi stunting pada Seribu Hari Pertama Kehidupan.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

KECERDASAN DAN MINDSET PEMIMPIN MEMPENGARUHI KEMAJUAN NEGARA DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

MARI BELAJAR DARI GENERAL ELECTRIC

REPUBLICA DEMOCRATICA de TIMOR LESTE