WALISONGO DAN KERAGAMAN BUDAYA
Penulis : Patriwati Narendra, S.KM, M.K.M
Rindu kepemimpinan Walisongo, Islam adalah agama Rahmatan Lil'Alamin, agama yg membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua mahluk seluruh alam semesta, Islam pada jaman kepemimpinan Walisongo dapat mensejajarkan kearifan budaya lokal dengan pemahaman Islam secara konstektual, Islam tidak lah menjadi radikal, penuh pemaksaan dan semena-mena, akan tetapi Walisongo justru mempunyai sikap yg moderat thd tradisi dan budaya yang berkembang di Nusantara, dengan menghormati dan menghargai kebudayaan lokal yg sdh ada dan sudah berkembang bersama dengan tumbuhnya kebudayaan Islam.
Walisongo tetap menjadi pemimpin yg arif, tepo sliro, bijaksana, dapat menghargai keberagaman yg ada walaupun sdh menjadi mayoritas, akulturasi budaya yg muncul bukanlah penghalang bagi lunturnya identitas umat Islam, akulturasi budaya justru merekatkan antara kebudayaan yg ada dengan kebudayaan Islam tanpa ada pemaksaan sedikitpun dan tanpa ada kekerasan, demografi sosiologis merupakan pijakan bahwasanya negara ini lahir dengan penuh keberagaman dan perbedaan, tiga contoh strategi budaya yg dikembangkan Walisongo, Arsitektur Masjid, Wayang sbg teologi umat dan kreasi seni Islam yg berwujud langgam macapat spt mijil, sinom, gambuh, dandang gulo, dan tembang jawa yg terkenal yaitu Ilir-ilir semua langgam jawa ini memiliki arti sendiri2 sarat dengan nilai keagamaan hal ini menandakan strategi berdakwah Walisongo sangat indah dan damai, sejuk jauh dari pemaksaan dan anarkhis.
Kesuksesan Walisongo dalam menyebarkan Islam di bumi Nusantara dikarenakan Walisongo tetap menjaga budaya dan menghargai kebudayaan dan situs budaya lokal, mempunyai sikap toleransi dan inklusif transformatif meskipun penganutnya semakin banyak, dengan tetap menjaga sikap tsb bukan berarti mengaburkan agama Islam dan melenyapkan identitas Islam. Walisongo merupakan teladan sejati dalam menyikapi keberagaman yg ada, mengembangkan Islam ditengah masyarakat yg plural, keberhasilan Walisongo merupakan titik tolak refleksi umat muslim Indonesia untuk dapat membangun peradaban Islam tetapi tetap dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila. Damailah selalu Indonesia ku!!!
Patria Narendra, 31 Oktober 2016
Komentar
Posting Komentar