HINDARI OBAT KADALUARSA, SELAMATKAN KELUARGA KITA
Berabad-abad yang lalu tentu dunia sudah mengenal obat-obatan, entah dari produk herbal, tanaman atau obat dari bahan kimia. Pengobatan tradisional sampai pengobatan medis tentu tidak luput dari kehadiran obat sebagai penawar penyakit. Namun apa yang terjadi jika obat-obat yang kita konsumsi itu telah kadaluarsa, alih-alih mendapat manfaat dari obat yang kita konsumsi, tetapi malah mendapatkan sejumlah bahaya efek samping dari obat yang telah kadaluarsa.
Obat merupakan semua bahan tunggal atau campuran yang dipergunakan oleh semua mahluk baik untuk bagian dalam dan luar tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit. Expired date atau tanggal kadaluarsa mulai banyak muncul pada kemasan obat sejak 1979, setelah undang-undang yang mengharuskan pabrik obat mencantumkan tanggal kadaluarsa diberlakukan di AS, yang akhirnya menular ke seluruh dunia. Umumnya tanggal kadaluarsa ditulis 2 hingga 3 tahun sejak obat dikemas. Dengan pencantuman tanggal kadaluarsa berarti pabrik pembuatnya menjamin bahwa hingga tanggal tersebut obat masih terjaga potensi dan keamananya bila digunakan. Jaminan berlaku selama obat berada dalam kemasannya dan disimpan dalam kondisi normal.
Bagaimana Obat tersebut bisa menjadi kadaluarsa, dan bagaimana pula mekanismenya. Mekanisme terjadinya kadaluarsa obat ada 2 yaitu : Peruraian secara kimia dan fisis sebagai berikut :
a. Peruraian secara kimia
1. Solvolisis
Dekomposisi molekul obat secara solvolisis melibatkan gugusan fungsional yang dimiliki obat dan pelarut yang ada. Secara umum, reaksi solvolisis yang dialami obat adalah adanya gugus karbonil seperti ester, lakton dan laktam. Contohnya : peruraian aspirin dalam air menjadi asam salisilat dan asam asetat atau peruraian procaine dalam air menjadi paramino benzoic acid dan dietiletanol amine. Obat-obat lain yang juga cenderung mengalami hidrolisis adalah cocain, atropin, meclafenoxate, barbiturate, sulfacetamide dan roritetracycline.
2. Oksidasi-reduksi
Obat yang mengalami dekomposisi secara oksidasi adalah steroid, vitamin, antibiotik dan epinefrin.
3. Fotolisis
Sinar matahari dapat mengakibatkan degradasi molekul obat. Contoh molekul obat yang mengalami fotolisis adalah Na-Nitroprussid. Umumnya, fotolisis melalui proses oksidasi yang diawali oleh cahaya, tetapi tidak selamanya berlangsung melalui proses oksidasi, tetapi dapat juga melalui iradiasi atau penambahan molekul pelarut.
4. Dehidrasi
Peristiwa dehidrasi diawali dengan pembentukan ikatan rangkap. Contoh molekul obat yang mengalami dehidrasi adalah tetracyclin. Pada dehidrasi secara fisika, seperti pada theophylline dan ampicillin trihydrate, pelepasan molekul air tidak menghasilkan ikatan yang baru tapi mengubah bentuk kristal molekul obat dan kecepatan disolusinya.
5. Rasemisasi
Perubahan aktivitas optik obat menurunkan aktifitas biologisnya. Reaksi rasemisasi melibatkan pembentukan ion karbonium atau carbaniom yang kemudian distabilkan oleh substituen yang ada. Contoh obat yang mengalami rasemisasi adalah epinefrin, pilocarpine, dan tetracycline.
b. Peruraian fisis
1. Polimorfis
Polimorfis adalah terjadinya bentuk kristal yang berbeda-beda dari suatu senyawa yang sama.
2. Penguapan
Beberapa senyawa obat dan zat tambahan mempunyai tekanan uap tinggi pada temperatur kamar. ’Flavouring agent’ seperti keton, aldehid, ester serta ’cosolvent’ seperti alkohol dapat menguap dari sediaan.
3. Adsorpsi
Senyawa obat yang memiliki afinitas yang lebih besar terhadap wadah daripada dengan larutan cenderung diadsopsi oleh permukaan wadah.
4. Sedimentasi partikel
Contohnya adalah sedimentasi pada sediaan suspensi.
Masyarakat cukup sadar untuk menghindari obat yang sudah expiration date cukup tinggi sehingga setiap obat yang sudah dekat tanggal kadaluarsanya sudah tidak digunakan lagi. Expiration date atau tanggal kadaluarsa mulai banyak muncul pada kemasan obat sejak 1979, setelah undang-undang yang mengharuskan pabrik obat mencantumkan tanggal kadaluarsa diberlakukan di AS, yang akhirnya menular ke seluruh dunia. Umumnya tanggal kadaluarsa ditulis 2 hingga 3 tahun sejak obat dikemas. Dengan pencantuman tanggal kadaluarsa berarti pabrik pembuatnya menjamin bahwa hingga tangggal tersebut obat masih terjaga potensi dan keamanannya bila digunakan. Jaminan berlaku selama obat berada dalam kemasannya dan disimpan dalam kondisi normal.
Apakah yang terjadi apabila seseorang menggunakan obat kadaluarsa?
Ada beberapa asumsi bila seseorang menggunakan obat yang sudah kadaluarsa:
1. Penyakit tidak/ lama sembuhnya karena obat yang digunakan sudah berkurang potensinya. Potensi obat berkurang karena sebagian zat berkhasiat sudah berubah menjadi zat lain yang tidak berkhasiat. Contoh antibiotika, hormon, obat dalam bentuk larutan.
2. Obat yang kadaluarsa berubah menjadi beracun yang menimbulkan bahaya baru. Contoh tetracyclin yang kadaluarsa dapat menimbulkan gangguan ginjal berat yang disebut fanconi syndrome.
3. Obat kadaluarsa ternyata tidak berubah secara fisik dan kimia (obat tetap berkhasiat).
Memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat penting untuk menghindari konsumsi suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak untuk dikonsumsi. Kemungkinan yang dapat terjadi pada produk obat yang sudah kadaluarsa dimana kadar obat sudah tidak berada dalam rentang yang dipersyaratkan karena hal tersebut dapat menyebabkan obat tidak bekerja optimal atau mungkin menjadi toksik. Hal ini akan sangat berbahaya seperti untuk obat-obat jenis antibakteri, anti hipertensi, anti diabet.
Tidak optimalnya kerja obat disebabkan oleh turunnya kadar / potensi obat, dapat memberikan dampak yang sangat luas, seperti dapat mengancam pada keselamatan jiwa, mengacaukan diagnosa penyakit, menimbulkan / meningkatkan kasus resistensi (untuk antibiotik). Lalu apa yang dimaksud dengan kadaluarsa obat. Kadaluarsa obat adalah kondisi obat bila tersebut konsentrasinya sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya. Tanggal kadaluarsa adalah tanggal yang dipilih oleh pabrik yang memproduksi obat untuk menjamin potensi yang penuh dan keamanan dari obat sebelum tanggal kadaluarsa tersebut. Tanggal kadaluarsa bukanlah tanggal yang ditentukan oleh pemerintah maupun Kementerian Kesehatan dan tanggal ini tidak menunjukkan berapa lama suatu obat layak untuk dikonsumsi. Obat dapat kadaluarsa sebelum tanggal kadaluarsa yang ditetapkan oleh pabrik. Oleh karena itu kita perlu mengetahui tanda-tanda kadaluarsa obat untuk menghindari penggunaan obat yang kadaluarsa.
Zat aktif pada obat yang sudah kadaluarsa sudah terdegradasi atau potensinya menurun. Sehingga ketika digunakan tidak lagi bermanfaat atau tidak optimal lagi untuk pengobatan. Lebih berbahaya lagi jika senyawa hasil degradasi obat merupakan zat toksik bagi tubuh, tentunya dapat membahayakan kesehatan.
Nah bagaimana cara mengindentifikasi obat yang sudah kadaluarsa, caranya simpel yaitu dengan memeriksa tanggal kadaluarsa yang tercantum pada kemasan obat. Sebaiknya jika sudah mendekati masa kadaluarsa, obat segera dikeluarkan dari kotak obat, rajinlah mengontrol tanggal expired date, sempatkan sesekali dalam satu atau dua bulan untuk mengontrol kadaluarsa obat. Cara kedua yang termudah yaitu dengan mengontrol bentuk fisik obat, apakah masih dalam keadaan baik atau tidak, untuk dapat melihat dan menilai keadaan obat tersebut bisa melihat dari bentuk fisik obat, selian itu juga dirasa melalui bau, warna dan rasa. Kemasan tablet misalnya jika tablet yang semula berwarna putih maka tablet akan berubah menjadi warna kuning atau kecoklatan, lembek dan berjamur maka bisa dipastikan tablet tersebut tidak layak konsumsi. Larutan sirup dapat dilihat dari berubahnya bentuk fisik seperti kekentalan berubah, atau larutan menjadi kristal dan mengering serta menimbulkan bau yang menyengat/tidak sedap, botol plastik rusak atau bocor.
Jika obat kapsul yang rusak maka akan didapati perubahan warna isi kapsul, kapsul terbuka, rusak atau melekat satu sama lain, sedangkan perubahaan bentuk fisk salep atau krim dapat dilihat dari perubahan bau dan warna, pot rusak atau bocor. Begitu juga dengan sediaan salep atau krim perlu dicek apakah terjadi perubahan bau maupun warna. Agar obat-obatan tersebut tidak mudah rusak, maka obat harus disimpan ditempat yang sesuai dengan keterangan yang ada dikemasan obat. Pada umumnya obat disimpan ditempat yang terlindung dari cahaya, kering dan tidak lembab, namun selain tempat yang kering terkadang kulkas merupakan salah satu media untuk menyimpan obat.
Tempat penyimpanan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi kualitas obat, obat yang rusak meskipun belum masuk masa kadaluarsa juga tidak boleh dikonsumsi, dibawah ini merupakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kualitas obat yaitu jangan menyimpan obat didalam kamar mandi, kamar mandi merupakan tempat yang lembab dan temperaturnya tidak stabil, suhu dan keadaan kamar mandi justru kan merusak stabilitas obat dan mempercepat kadaluarsanya. Selain kamar mandi, dapur juga merupakan tempat yang kurang baik untuk menyimpan obat-obatan, temperatur dapur terlalu panas dan kelembabannya pun meningkat karena aktifitas mencuci piring dan air panas. Lalu tempat yang seperti apa yang pantas untuk menyimpan obat, tempat terbaik untuk menyimpan obat-obatan adalah ditempat yang memiliki temperatur konstan terhindar dari panas, sinar matahari dan kelembaban.
Berikut ini merupakan beberapa dampak dari obat yang kadaluarsa, diklasifikasikan dalam 10 jenis antara lain :
1. Antibiotik : Antibiotik merupakan obat yang dapat menginhibisi pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri, jamur dan protozoa. Mengkonsumsi antibiotik yang telah kadaluarsa dapat menimbulkan resistensi, membunuh bakteri yang justru diperlukan tubuh, dan bisa terjadi gangguan sistem biokimia dalam tubuh. Efek lainya, bisa mengganggu sistem ekskresi tubuh yaitu gangguan terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa antibiotik tertentu bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem ginjal. Tetracycline merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubulus renal atau gangguan kulit apabila dikonsumsi setelah tanggal kadaluarsa. Antibiotik harus disimpan pada suhu kamar dan jangan terkena sinar matahari. Harus diketahui syarat suatu antibiotik adalah harus efektif pada konsentrasi rendah, dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis mikroorganisme, tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan, efektif melawan patogen, dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan aktivitasnya, dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian dihentikan serta bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.
2. Hormon : Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah kulit/subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin dan kadang kala membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar glukosa darah.
3. Enzim : Ranpirnase disebut juga onconase merupakan enzim ribonuklease yaitu bekerja memecah RNA, ditemukan di Rana pipiens oocytes. Dalam klinis dikenal sebagai obat kemoterapi baru yang menjanjikan untuk kanker (mesothelioma). Obat enzim umumnya dipengaruhi suhu penyimpanan. Perubahan enzim karena pengaruh suhu disebut thermolabile.
4. Vaksin : Mumps Vaksin merupakan vaksin untuk mumps virus. Untuk menjaga kondisinya tetap baik vaksin ini biasa sisimpan di refrigerator. Mumps vaksin memiliki half life yang panjang yaitu 65 hari apabila disimpan pada suhu 23 C. Vaksin Campak yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.
5. Antalgin : Antalgin yang kadaluarsa dapat menyebabkan kelainan pada darah merah.
6. Parasetamol : Parasetamol yang dikonsumsi terus menerus dan sudah lewat masa kadaluarsanya dapat menyebabkan gejala kerusakan hati.
7. Symmetrel (amantadine) dan Flumadine (rimantidine) : Obat anti-viral yang digunakan untuk mencegah dan mengobati influenza, dengan suhu dan penyimpanan yang baik masih bagus setelah 25 tahun. Obat-obatan dalam bentuk cair kurang stabil dibandingkan tablet, bubuk maupun kapsul.
8. Obat kontrasepsi : Obat kontrasepsi yang telah kadaluarsa tidak dapat mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB harus disimpan pada tempat yang kering dan jauh dari sinar matahari. Masa kadaluarsanya adalah 5 tahun. Suntik KB disimpan pada suhu 15-30 C posisi tegak lurus menghadap ke atas dan jauhkan dari sinar matahari langsung.
9. Sunscreen : Sebelum Anda konsumsi obat-obatan kadaluarsa apa pun, pertimbangkan apa hal terburuk yang mungkin terjadi jika ‘obatnya’ tidak bekerja. Jika obatnya adalah sunscreen, maka Anda bisa mengundang kanker kulit. “Jangan ragu untuk membuang sunscreen yang sudah kadaluarsa,. Jika Anda sering meletakkan botol sunscreen tersebut di tempat yang terkena sinar matahari langsung singkirkan saja bahkan sebelum tanggal kadaluarsa. Hawa panas yang intens bisa mempercepat pemecahan bahan-bahan aktif yang ada didalamnya, dan membuat kulit Anda tidak terlindungi.
10. Aspirin : Berbagai hasil penelitian telah menunjukkan bahwa aspirin kehilangan efektivitasnya seiring waktu. Dalam satu studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine, dr. Cantrell dan koleganya menemukan bahwa aspirin yang berumur satu dekade hanya memiliki sisa 1% dari kemampuan awalnya. Lalu, bagaimana dengan aspirin dalam kemasan botol satu tahun setelah tanggal kadaluarsa? Dalam kasus seperti ini, percayai hidung Anda. Aspirin yang rusak terpecah menjadi asam asetat, yang baunya menyerupai cuka. Tidak berbahaya, tapi manfaatnya tidak akan efektif.
Selain jenis-jenis diatas, ada beberapa dampak lainnya dari kandungan bahan kimia untuk produk –produk dibawah ini :
• Obat Kumur : Karena bahan berbahan dasar air dan mengandung antiseptik maka peluang untuk berkembangnya bakteri akan besar terutama setelah dua tahun ketika kemampuan bahan-bahan aktif didalamnya mulai menghilang.
• Dextromethorphan (Obat Batuk) : Peneliti di Spanyol menguji stabilitas obat batuk sirup dan menemukan bahwa dextromethorphan mengalami kerusakan yang lebih banyak daripada bahan-bahan lain. Sialnya lagi, obat batuk sirup –sama seperti cairan lainnya– rentan terhadap pengaruh waktu. Menurut dr. Apgar, kandungan alkoholnya bisa menguap atau bahan-bahan aktif yang lain bisa tenggelam di dasar botol sehingga menyebabkan distribusi zat-zat penyusun jadi tidak merata.
• Krim Hydrocortisone : Krim untuk gatal ini sebaiknya jangan menyentuh ujung tube karena akan menyebabkan kontaminasi bakteri, akan tetapi terkadang krim oles untuk kulit ini justru akan memperbesar kemungkinan bakteri muncul, sebaiknya kulit yang dioles dalam keadaan kering agar kemampuan zat pengawetnya tidak berkurang sehingga bakteri akan sulit berkembang.
• Ibuprofen : Peneliti menemukan bahwa beberapa merek bisa bertahan hingga bertahun-tahun setelah tanggal kadaluarsa. Tapi, baca baik-baik label kemasan obat tersebut. Jika polyethylene glycol, polysorbate 80 atau povidone ada di daftar bahan-bahan penyusunnya, lebih baik Anda beli obat baru. Hasil studi Cory menunjukkan, bahan-bahan kimia tersebut bisa mempercepat kerusakan ibuprofen.
• Pasta Gigi : Efek untuk pasta gigi ini tidaklah begitu berbahaya, sebenarnya memakai pasta gigi yang sudah kadaluarsa tidak masalah namun kandungan fluorida sudah hilang efektifitasnya jika sudah melewati masa 2 tahun, kandungan proteksi untuk gigi berlubang dan plak menjadi tidak efektif dan tentu tidak segar lagi karena perasa mint sudah hilang.
• Terbinafine (Krim Untuk Athlete’s Foot) : Jika krim telah kadaluarsa maka bahan-bahan didalamnya akan pecah menjadi zat-zat yang tidak berbahaya. Kandungan sudah pasti menjadi hilang, jika terjadi perubahan tekstur krim misalnya berubah bentuk menjadi encer, bau tajam maka segera buang krim tersebut dan beli yang baru di apotik.
• Naproxen (Pain Killer) : Hasil penelitian gabungan Departemen Pertahanan dan FDA mengungkapkan, bahan aktif Aleve membuat naproxen tetap bisa mempertahankan efektivitasnya sampai 52 bulan setelah tanggal kadaluarsa. Namun, tablet yang diuji masih tersegel di kemasan aslinya, sehingga naproxen yang telah dibuka kemungkinan besar tidak akan bertahan selama itu. Tip: Jika Anda mendapati adanya perubahan warna, atau mulai terjadi kerusakan, jangan ragu untuk segera membuangnya.
• Acetaminophe : Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh dr. Cantrell, terungkap bahwa acetaminophen yang masih tersegel –dan sudah kadaluarsa 28-40 tahun, masih mempertahankan 99,7% dosis aslinya. Namun studi itu hanya untuk menguji potensi obat, bukan tingkat kemanjuran dan keamanannya.
• Salicylic Acid (Obat Kutil) : Jika pHnya masih sama makan bisa dipastikan kandungan efektifitasnya akan sama, kandungan asam membuat lebih tahan terhadap kerusakan akibat terpapar cahaya, air dan hawa panas.
• Obat Tetes Mata : Sebaiknya simpan tetes mata dilemari es karena untuk menghindari berkembangnya bakteri apabila disimpan ditempat bertemperatur sedang, terutama jika ujung dropper menyentuh mata. Jika obat tetes mata telah keruh akan tetapi tanggal kadaluarsa masih lama, maka obat tetes mata ini harus segera disingkirkan.
Oleh karena itu management pembuangan limbah obat rumah tangga juga perlu diterapkan, agar nantinya obat yang sudah kadaluarsa tidak lagi dipakai oleh orang lain. Salah satu caranya yaitu dengan menghancurkan obat tersebut kemudian disimpan dalam wadah tertutup lalu dibuang, jika sediaan sirup maka diencerkan terlebih dahulu sebelum dibuang. Dengan mengerti management penyimpanan obat dan bahaya obat kadaluarsa diharapkan dapat menjauhkan dari efek obat kadaluarsa bagi keluarga tercinta, hindari obat kadaluarsa selamatkan keluarga kita.
Patria Narendra, 25 September 2018
Komentar
Posting Komentar